Kamis, 10 November 2011

Anak Autisme


Pengertian Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks yang gejala-gejalanya meliputi perbedaan dan ketidakmampuan dalam  berbagai bidang seperti kemampuan komunikasi sosial, kemampuan motorik kasar dan motorik halus, dan kadang kemampuan intelektual.
Tanda-tanda ini semuanya dimulai sebelum anak berusia tiga tahun. Autisme mempengaruhi pengolahan informasi di otak dengan mengubah cara sel saraf dan sinapsis mereka menghubungkan dan  mengatur.
Karakteristik Autisme
Gejala autisme biasanya muncul sebelum anak berusia 3 tahun dan  sepanjang hidup. Anak-anak dengan autisme dapat menampilkan berbagai gejala, yang dapat bervariasi dalam keparahan dari ringan sampai melumpuhkan. Gejala umum yang mungkin hadir untuk beberapa derajat pada anak dengan autisme meliputi:
  • Kesulitan dengan komunikasi verbal, termasuk masalah menggunakan dan memahami bahasa.
  • Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam percakapan, bahkan ketika anak memiliki kemampuan untuk berbicara.
  • Kesulitan dengan komunikasi non-verbal, seperti gerak tubuh dan ekspresi wajah.
  • Kesulitan dengan interaksi sosial, termasuk berhubungan dengan orang dan lingkungan sekitarnya nya.
  • Ketidakmampuan untuk membuat teman-teman dan lebih memilih untuk bermain sendiri.
  • Kurangnya imajinasi.
  • Kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan rutin atau akrab, atau desakan yang tidak masuk akal pada rutinitas berikut secara rinci.
  • Gerakan tubuh yang berulang, atau pola perilaku, seperti tangan mengepak, berputar, dan membenturkan kepala.
  • Keasyikan dengan benda-benda yang tidak biasa atau bagian dari benda.
Orang dengan bentuk autisme, disebut savantism, memiliki keterampilan luar biasa di bidang tertentu seperti musik, seni, dan nomor. Orang dengan savantism dapat melakukan kemampuan ini tanpa pelajaran atau praktek.
Faktor Penyebab Autisme
Penelitian terbaru menyarankan bahwa beberapa orang memiliki kecenderungan genetik untuk autisme, yang berarti bahwa kerentanan untuk mengembangkan kondisi dapat diturunkan dari orang tua kepada anak-anak. Para peneliti sedang mencari petunjuk tentang gen yang berkontribusi terhadap kerentanan yang meningkat. Pada beberapa anak, faktor lingkungan juga mungkin memainkan peran. Studi pada orang dengan kelainan autisme telah menemukan di beberapa daerah di otak, yang menunjukkan hasil bahwa autisme dari gangguan perkembangan otak awal sementara masih dalam rahim.
Penyebab pasti dari autisme tidak diketahui, tetapi penelitian telah menunjuk beberapa kemungkinan, termasuk genetika (keturunan), beberapa jenis infeksi, dan masalah yang terjadi saat lahir ada kemunkinan penyebab autisme yang disebabkan oleh vaksinasi anak, sedangkan para peneliti di Amerika menemukan adanya tumpukan protein didalam otak bayi yang baru lahir yang kemudian bayi tersebut berkembang menjadi anak autisme. Temuan ini mungkin dapat menjadi kunci dalam menemukan penyebab utama autisme sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahannya.
Alternatif  Solusi Autisme
# Penanganan
Intensitas dari treatment perilaku pada anak dengan autisme merupakan hal penting, namun persoalan-persoalan mendasar yang banyak ditemui di Indonesia menjadi sangat krusial untuk diatasi lebih dahulu. Tanpa mengabaikan faktor-faktor lain, beberapa fakta yang dianggap relevan dengan  persoalan penanganan masalah autisme di Indonesia di antaranya adalah:
         1.         Kurangnya tenaga terapis yang terlatih di Indonesia. Orang tua selalu menjadi pelopor dalam proses intervensi sehingga pada awalnya pusat-pusat intervensi bagi anak dengan autisme dibangun berdasarkan kepentingan keluarga untuk menjamin kelangsungan pendidikan anak mereka sendiri.
         2.         Belum adanya petunjuk treatment yang formal di Indonesia. Tidak cukup dengan hanya mengimplementasikan petunjuk teatment dari luar yang penerapannya tidak selalu sesuai dengan kultur kehidupan anak-anak Indonesia.
         3.         Masih banyak kasus-kasus autisme yang tidak di deteksi secara dini sehingga ketika anak menjadi semakin besar maka semakin kompleks pula persoalan intervensi yang dihadapi orang tua. Para ahli yang mampu mendiagnosa autisme, informasi mengenai gangguan dan karakteristik autisme serta lembaga-lembaga formal yang memberikan layanan pendidikan bagi anak dengan autisme belum tersebar secara merata di seluruh wilayah di Indonesia.
         4.         Belum terpadunya penyelenggaraan pendidikan bagi anak dengan autisme di sekolah. Dalam Pasal 4 UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah diamanatkan pendidikan yang demokratis dan tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, dukungan ini membuka peluang yang besar bagi para penyandang autisme untuk masuk dalam sekolah-sekolah umum (inklusi) karena hampir 500 sekolah negeri telah diarahkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan inklusi.
         5.         Permasalahan akhir yang tidak kalah pentingnya adalah minimnya pengetahuan baik secara klinis maupun praktis yang didukung dengan validitas data secara empirik (Empirically Validated Treatments/EVT) dari penanganan-penanganan masalah autisme di Indonesia. Studi dan penelitian autisme selain membutuhkan dana yang besar juga harus didukung oleh validitas data empirik, namun secara etis tentunya tidak ada orang tua yang menginginkan anak mereka menjadi percobaan dari suatu metodologi tertentu. Kepastian dan jaminan bagi proses pendidikan anak merupakan pertimbangan utama bagi orang tua dalam memilih salah satu jenis treatment bagi anak mereka sehingga bila keraguan ini dapat dijawab melalui otoritas-otoritas ilmiah maka semakin terbuka informasi bagi masyarakat luas mengenai pengetahuan-pengetahuan baik yang bersifat klinis maupun praktis dalam proses penanganan masalah autisme di Indonesia.


#Terapi Bagi Anak Autisme
Bila ada pertanyaan mengenai terapi apa yang efektif? Maka jawaban atas pertanyaan ini sangat kompleks, bahkan para orang tua dari anak-anak dengan autisme pun merasa bingung ketika dihadapkan dengan banyaknya treatment dan proses pendidikan yang ditawarkan bagi anak mereka. Beberapa jenis terapi bersifat tradisional dan telah teruji dari waktu ke waktu sementara terapi lainnya mungkin baru saja muncul. Tidak seperti gangguan perkembangan lainnya, tidak banyak petunjuk treatment yang telah dipublikasikan apalagi prosedur yang standar dalam menangani autisme. Bagaimanapun juga para ahli sependapat bahwa terapi harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada hambatan maupun keterlambatan yang secara umum dimiliki oleh setiap anak autis, misalnya; komunikasi dan persoalan-persolan perilaku. Treatment yang komprehensif umumnya meliputi; Terapi Wicara (Speech Therapy), Okupasi Terapi (Occupational Therapy) dan Applied Behavior Analisis (ABA) untuk mengubah serta memodifikasi perilaku.
Menjadi keharusan bagi orang tua untuk mencari tahu dan mengenali treatment yang dipilihnya langsung kepada orang-orang yang profesional dibidangnya. Sebagian dari teknik ini adalah program menyeluruh, sedang yang lain dirancang menuju target tertentu yang menjadi hambatan atau kesulitan para penyandangnya.
§  Educational Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: Applied Behavior Analysis (ABA) yang prinsip-prinsipnya digunakan dalam penelitian Lovaas sehingga sering disamakan dengan Discrete Trial Training atau Intervensi Perilaku Intensif.
§  Pendekatan developmental yang dikaitkan dengan pendidikan yang dikenal sebagai Floortime.
§  TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related Communication – Handicapped Children).
§  Biological Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: diet, pemberian vitamin dan pemberian obat-obatan untuk mengurangi perilaku-perilaku tertentu (agresivitas, hiperaktif, melukai diri sendiri, dsb.).
§  Speech – Language Therapy (Terapi Wicara), meliputi tetapi tidak terbatas pada usaha penanganan gangguan asosiasi dan gangguan proses auditory/pendengaran.
§  Komunikasi, peningkatan kemampuan komunikasi, seperti PECS (Picture Exchange Communication System), bahasa isyarat, strategi visual menggunakan gambar dalam berkomunikasi dan pendukung-pendukung komunikasi lainnya.
§  Pelayanan Autisme Intensif, meliputi kerja team dari berbagai disiplin ilmu yang memberikan intervensi baik di rumah, sekolah maupun lngkungan sosial lainnya.
§  Terapi yang bersifat Sensoris, meliputi tetapi tidak terbatas pada Occupational Therapy (OT), Sensory Integration Therapy (SI) dan Auditory Integration Training (AIT).
Dengan adanya berbagai jenis terapi yang dapat dipilih oleh orang tua, maka sangat penting bagi mereka untuk memilih salah satu jenis terapi yang dapat meningkatkan fungsionalitas anak dan mengurangi gangguan serta hambatan autisme. Sangat disayangkan masih minim data ilmiah yang mampu mendukung berbagai jenis terapi yang dapat dipilih orang tua di Indonesia saat ini. Fakta menyebutkan bahwa sangat sulit membuat suatu penelitian mengenai autisme. Sangat banyak variabel-variabel yang dimiliki anak, dari tingkat keparahan gangguannya hingga lingkungan sekitarnya dan belum lagi etika yang ada didalamnya untuk membuat suatu penelitian itu sungguh-sungguh terkontrol. Sangat tidak mungkin mengontrol semua variabel yang ada sehingga data yang dihasilkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mungkin secara statistik tidak akurat.
Tidak ada satupun jenis terapi yang berhasil bagi semua anak. Terapi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, berdasarkan pada potensinya, kekurangannya dan tentu saja sesuai dengan minat anak sendiri. Terapi harus dilakukan secara multidisiplin ilmu, misalnya menggunakan; okupasi terapi, terapi wicara dan terapi perilaku sebagai basisnya. Tenaga ahli yang menangani anak harus mampu mengarahkan pilihan-pilihan anda terhadap berbagai jenis terapi yang ada saat ini. Tidak ada jaminan apakah terapi yang dipilih oleh orang tua maupun keluarga sungguh-sungguh akan berjalan efektif. Namun demikian, tentukan salah satu jenis terapi dan laksanakan secara konsisten, bila tidak terlihat perubahan atau kemajuan yang nyata selama 3 bulan dapat melakukan perubahan terapi. Bimbingan dan arahan yang diberikan harus dilaksanakan oleh orang tua secara konsisten. Bila terlihat kemajuan yang signifikan selama 3 bulan maka bentuk intervensi lainnya dapat ditambahkan. Tetap bersikap obyektif dan tanyakan kepada para ahli bila terjadi perubahan-perubahan perilaku lainnya.


1 komentar:

  1. Hotels Near Casino Hotel, Norwich - MapyRO
    Hotels 공주 출장마사지 Near Casino Hotel, Norwich. View detailed 성남 출장샵 reviews, photos & cheap rates for Hyatt Place 안산 출장안마 Hotel 김포 출장마사지 in Norwich, Connecticut. 양산 출장안마

    BalasHapus